Judul: Bayangan dalam Diam
Durasi Estimasi: 2–3 menit
---
[NARASI & STORYBOARD]
[ADEGAN 1 – INTRO | WAKTU: 0:00–0:20]
Visual: Mahandini duduk sendiri di pojok kelas, cahaya masuk dari jendela. Siswa lain tertawa, bermain.
Narasi (suara hati Mahandini):
"Aku berbeda. Tidak suka keramaian. Tapi bukan berarti aku tak ingin dimengerti..."
---
[ADEGAN 2 – DI SEKOLAH | WAKTU: 0:20–0:50]
Visual:
Mahandini di perpustakaan membaca buku.
Siswa-siswa meledeknya saat berjalan lewat.
Salah satu menarik bukunya dan tertawa.
Narasi:
"Bagi mereka, aku hanya gadis aneh yang terlalu serius. Terlalu diam. Terlalu pintar, katanya. Seolah itu kesalahan."
---
[ADEGAN 3 – DI RUMAH | WAKTU: 0:50–1:10]
Visual:
Di meja makan, Mahandini mencoba bicara, tapi orang tua sibuk dengan ponsel.
Ibunya berkata sinis, “Kamu terlalu banyak mikir.”
Mahandini menatap meja, mencoba menahan air mata.
Narasi:
"Bahkan di rumah... suaraku nyaris tak terdengar. Aku menjadi bayangan di dunia yang terus bergerak."
---
[ADEGAN 4 – PUNCAK EMOSI | WAKTU: 1:10–1:40]
Visual:
Mahandini menangis dalam diam di kamar, cahaya lampu meja temaram.
Ia menggambar/melukis/mengisi jurnal dengan penuh emosi.
Kamera zoom in ke mata yang tajam dan penuh semangat.
Narasi:
"Tapi diam bukan berarti lemah. Di dalam pikiranku, dunia lain hidup. Dunia tempat aku bebas. Dunia yang kupilih sendiri."
---
[ADEGAN 5 – TRANSFORMASI | WAKTU: 1:40–2:10]
Visual:
Mahandini tampil di kompetisi sains/lomba seni/karya tulis.
Semua orang terpukau. Teman-teman yang dulu mengejek, kini terdiam.
Ia menerima penghargaan, tapi wajahnya tetap tenang, tidak angkuh.
Narasi:
"Aku tidak butuh tepuk tangan. Cukup tahu… aku telah menjadi diriku sendiri. Dan itu cukup."
---
[ADEGAN 6 – PENUTUP | WAKTU: 2:10–2:30]
Visual:
Mahandini berjalan pulang lewat lorong sekolah yang kini sunyi.
Kamera mengarah ke langit sore yang tenang.
Narasi Penutup (slow):
"Tak perlu ramai, untuk jadi berarti."
---
5449
Replies
AdChoices